Senin, 17 April 2023

Contoh Kasus Analisis Pasar Studi Kelayakan Bisnis


Tugas Kasus Aspek Pemasaran

“Perluasan Usaha PT.SBE”

Berikut Analisis Pasar Perusahaan SBE.

1.      Bentuk Pasar

Perusahaan SBE berlokasi di Yogyakarta , Perusahaan ini berstatus badan hukum “Perseroan Terbatas” dan merupakan Proyek Penanaman Modal Dalam Negri (PMDN).

2.      Penawaran dan permintaan

Konsumsi Listrik - Berdasarkan perkiraan Perusahaan umum Listrik negara proporsi konsumsi listrik menurut golongan konsumen adalah 60% untuk sektor industri, 25% untuk sektor rumah tangga, 14% untuk sektor komersial dan umum, serta 13% untuk penerangan jalan. Pengunaan ini dari pelita 2 sampai pelita 6 terus mengalami peningkatan sebesar 90% lebih dari tiap pelita ke pelita selanjutnya.

Permintaan – Permintaan lampu tabung ini dari tahun ketahun selalu meningkat sebesar 10% lebih dan untuk tahun terakhir mengalami kenaikan sebesar 12%.

Penawaran - Sedangkan untuk produksi lampu tabung itu sendiri dari tahun 1977-1980 mengalami kenaikan terus dan untuk 1981 mengalami penurunan sebesar 1,4%, sedangkan untuk tahun terakhir mengalami kenaikan sebesar 1%, Tapi jumlah produksi tahun 1981 dan 1982 sebesar 9.836.000 dan impor 20.629.000  ini belum memenuhi permintaan pada tahun tersebut, dimana permintaan tahun tersebut sebesar 43.270.000 artinya sebesar 12.805.000 tidak terpenuhi ditahun tersebut.

 

Dengan memproduksi lampu tabung ini kemungkinan dapat memenuhi permintaan lampu tabung dapat mengurangi jumlah import.

3.      Segmenting, Targeting, Positioning

a.       Segmentasi

Yang menjadi segment perusahaan ini yaitu kota-kota besar yang ada Indonesia melalui Yogyakarta  dan Jakarta meliputi daerah Yogyakarta, Denpasar, Menado, Banjarmasin, Samarinda, Surabaya, Bandung, Medan, Padang, Bangka, Pekanbaru, Jambi, Lampung, Palembang dan Pontianak.

b.      Target

Yang menjadi target market adalah sektor industry dan komesial/umum.

c.       Positioning

Kualitas produk yang dihasilkan perusahaan ini merupakan salah satu dari dua perusahaan di Indonesia yang menghasilkan produk sejenis yang telah memenuhi standarisasi industri lampu-lampu pijar, sesuai dengan II No : 0195-78, dengan kata lain kualitas produk yang dihasilkan telah cukup memadai.

4.      Kondisi Persaingan

Dengan pemilihan lokasi pendistribusian kami yang cukup strategis yaitu  di ibu kota jakarta serta daeerah istimewa Yogyakarta dan daerah pemasarannya tersebar juga dikota besar Indonesia , sehingga para konsumen baik yang didalam Indonesia maupun luar Indonesia dapat lebih mudah untuk melakukan pembelian lampu tabung ini. Serta Jika dilihat dari tahun produksi terakhir yaitu  1981 dan 1982 jumlah penawaran atau produksi ini belum memenuhi permintaan yang cukup tinggi pada tahun tersebut. Jadi kondisi persaingan lampu tabung ini cukup memiliki peluang yang besar dan  produksi lampu tabung ini  memiliki kondisi persaingan yang cukup baik.

5.      Analisa Persaingan Bisnis

Bisnis ini merupakan Perusahaan berstatus badan hukum “Perseroan Terbatas” dan merupakan Proyek Penanaman Modal Dalam Negri (PMDN).

Oleh karena itu perlu melakukan pengamatan antara tingkat permintaan dan penawaran produksi lampu tabung ini dengan detail dari tahun ketahunnya. Kesimpulannya peluang pasar yang hendak diambil dapat memenuhi permintaan lampu tabung serta mengurangi import lampu tabung.

Dengan melihat kondisi dimana penawaran lampu tabung yang belum memenuhi permintaan ini menyimpulkan bahwa minimnya terjadi persaingan lampu tabung kami dengan yang lainnya. Namun hal itu tidak mencangkup kemungkinan terjadi persaingan dengan usaha lainnya.

Berikut data produksi dalam negri dan import tabung tahun 1977-1982.

Tahun

Jumlah Produksi

Jumlah Import

1977

3,366

22,641

1978

4,460

29,291

1979

4,648

9,693

1980

4,964

7,894

1981

4,893

11,789

1982

4,943

8,840

 

Berikut data permintaan lampu tabung di Indonesia Tahun 1981-1994

Tahun

Rumah tangga

Industri

Komecdrsial/umum

Jumlah

1981

3,47

3,79

2,50

9,76

1982

4,31

4,62

2,96

11,86

1983

5,37

5,61

3,56

14,57

1984

6,90

7,06

4,42

18,38

1985

7,83

8,04

5,09

20,96

1986

8,88

9,24

5,87

23,99

1987

10,15

10,58

6,81

31,61

1988

11,57

12,14

7,90

36,36

1989

13,25

14,02

9,10

40,94

1990

14,72

15,88

10,34

46,17

1991

16,41

18,06

11,70

52,01

1992

18,25

20,50

13,26

58,61

1993

20,30

23,25

15,06

67,03

1994

23,51

26,36

17,16

75,64

 

6.      Strategi Marketing

a.       Price (Harga) :

Harga produk lampu tabung ralatif mahal karena menekankan kualitas yang baik dengan standar dan ketahanan atau umur penggunaan jangka panjang karena untuk memenuhi kebutuhan industry dan komersial/umum dengan kulitas yang bagus sehingga lampu tabung ini dapat menarik minat industry komersial/umum dalam memnentukan pilihan produk..

b.      Place (Tempat) :

Perusahaan memiliki tempat produksi di Yogyakarta serta pendistribusian di Jakarta dan Yogyakarta, untuk daerah pemasaran perusahaan hampir seluruh Indonesia, lebih tepatnya Daerah pemasaran ini dibagi menjadi dua yaitu yang dijangkau oleh PT SBE Yogyakarta meliputi daerah Yogyakarta, Denpasar, Menado, Banjarmasin, Samarinda, Surabaya dan Bandung. Sedangkan daerah pemasaran Perusahaan Dagang (PD) SBE Jakarta meliputi daerah Medan, Padang, Bangka,Pekanbaru,Jambi,Lampung, Palembang dan Pontianak..

c.       Product (Produk) :

Produk lampu pijar yang perusahaan produksi adalah produk yang menggunakan bahan baku yang berkualitas dimana kualitas produk yang dihasilkan merupakan salah satu dari dua perusahaan di Indonesia yang menghasilkan produk sejenis yang telah memenuhi standarisasi industri lampu-lampu pijar, sesuai dengan II No : 0195-78, dengan kata lain kualitas produk yang dihasilkan telah cukup memadai. Sehingga pelanggan dapat merasa puas dan mempercayai produk lampu yang diproduksi dari PT SBE ini.

d.      Promotion (Promosi) :

Usaha kami di yogyakarta mempromosikan usahanya pada masyarakat luas melalui pendistribusian di Yogyakarta dan Jakarta dengan menyebarkan ke kota besar Indonesia.


KASUS YANG DIAJUKAN

Jika PT SBE merencanakan perluasan usaha dengan menambah jenis produk yang dihasilkan berupa lampu tabung untuk penerangan, apakah masih tersedia pasar potensil yang cukup ?

Kesimpulan: jika dilihat dari analisis berikut ini, menurut pendapat saya masih tersedia pasar potensil yang cukup karena pada dua tahun produksi akhir bisa dilihat tidak terpenuhinya permintaan,serta perusahaan ini terlihat sudah memiliki banyak konsumen bisa dilihat dari tiap tahunnya mengalami kenaikan produksi yang artinya permintaan lampu terhadap perusahaan ini terus meningkat, dan perusahaan ini juga menawarkan produk dengan standarisasi industry  lampu pijar dan kualitas yang cukup memadai. jadi perusahaan dapat memproduksi lampu tabung ini untuk memenuhi permintaan serta menurunkan tingkat impor dan menguasai pasar pesaing yang ada.

 

Minggu, 09 April 2023

Contoh Kasus Audit Internal dalam Menilai Risiko

 Contoh Soal Jawaban Audit Internal

Soal

Pada perencanaan penugasan audit, auditor internal menilai bahwa risiko bawaan termasuk tinggi, dan pengendalian internal perusahaan memiliki kelemahan yang material. Berdasarkan hasil penilaian tersebut:

a)    Bagaimana tingkat risiko pendeteksian yang ditetapkan oleh auditor?

b)    Bagaimana keterkaitan antara tingkat risiko yang ditetapkan pada jawaban butir a) tersebut di atas dengan bukti audit yang harus dikumpulkan oleh auditor?

JaJawaban

a.    Bagaimana tingkat risiko pendeteksian yang ditetapkan oleh auditor?

Pendeteksian jika risiko bawaan tinggi yaitu dapat dengan dibuatnya penerapan pengendalian intern dalam perusahaan yang memadai serta efektif dalam pelaksanaannya untuk memiminimalkan risiko bawaan. risiko pengendaliannya lemah maka auditor dapat melakukan pengujian substantive yang lebih tinggi dan masih dapat mengurangi risiko audit pada tingkat rendah yang dapat diterima serta dapat dengan sedikit efektif dengan tingkat deteksi tinggi, untuk meminimalkan resiko audit.

.

b.    Bagaimana keterkaitan antara tingkat risiko yang ditetapkan pada jawaban butir a) tersebut di atas dengan bukti audit yang harus dikumpulkan oleh auditor?

Keterkaitan antara butir a dengan pengumpulan bukti audit yaitu apabila risiko bawaan tinggi dan lemahnya pengendalian maka alternatifnya jika saldo akun rentan terhadap kemungkinan salah saji (risiko bawaan yang tinggi), maka auditor harus menerapkan prosedur pengujian  substantif yang lebih efektif .

Yang artinya Lebih tinggi penilaian risiko bawaan dan pengendalian yang rendah maka auditor harus memperoleh banyak bukti audit dari prosedur substantive yang dilakukan agar hasil audit dapat sesuai dengan apa yang terjadi dalam perusahaan tersebut dan memenuhi syarat dalam proses pengauditan.

 

Senin, 03 April 2023

Contoh Kasus Pelaporan Audit dan Pertimbangan Audit

 Jawaban Studi Kasus Audit

a.       Menrntukan pertimbangan awal tentang materialitas salah saji dalam laporan keuangan dan alokasikan oleh saudara kepada akun-akun neraca.

1.      Pertimbangan awal tentang materialitas salah saji dalam laporan keuangan:

a)      Kualitatif

1)      Aktiva tetap tidak disajikan secara rinci mengenai jenis aktiva tetapnya bukan disatu akun kan.

2)      Laporan laba ditahan dibuat secara terpisah, tidak digabungkan dengan laporan laba-rugi.

3)      Hutang lain-lain baiknya dijabarkan dengan rinci mengenai klasifikasi hutang

4)      Modal saham terdiri dari saham preferen dan saham biasa, maka baiknya akunnya dipisah untuk mngetahui lebih jelas masing” modal tersebut.

5)      Dibuat rincian jelas mengenai pendapatan dan biaya lain-lain karena hal tersebut untuk mengetahui pasti perolehan darimana dan pengeluaran untuk apa.

6)      PPh yang tidak dirinci membuat bingung pembaca laporan, karena dilihat dari info perusahaan tidak hanya terdapat PPh 22 tetapi ada PPNBM juga,

b)      Kuantitatif

1)   Laporan keuangan dipandang mengandung salah saji 5% sampai 10% dari laba sebelum pajak.

2)   Laporan keuangan di pandang mengandung salah saji material jika terdapat salah saji ½% sampai 1% dari total aktiva.

3)   Laporan keuangan di pandang mengandung salah saji material jika terdapat salah saji 1% dari total pasiva.

4)   Laporan keuangan dipandang mengandung salah saji material jika terdapat salah saji ½% sampai 1% dari pendapatan bruto.

 

2.      Alokasikan akun-akun neraca

a.       Aktiva

1)      Salah saji aktiva lancar yang harusnya Rp. 7.782.593.101  menjadi Rp.7.863.324.771 artinya terdapat kesalahan sebesar Rp. 80.731.670,

2)      Salah saji aktiva lain yang harusnya  Rp.216.898.856 menjadi   Rp.  216.898.802 artinya terdapat kesalahan sebesar Rp. 54

Artinya total salah saji dalam aktiva sebesar Rp.80.731.724, dengan total aktiva sebesar Rp.15.373.289.802 Maka;

1% x Rp.15.373.289.802 = Rp. 153.732.898

Jadi pendapat auditor jika salah saji sebesar Rp.80.731.724 artinya dibawah Rp. 153.732.898 berati kurang dari tingkat materialitas. Maka total aktiva wajar karena tidak melebihi tingkat materialitas.

b.      Paassiva

1)      Salah saji hutang jangka panjang yang harsunya  3.609.544.732  menjadi 3.609.535.732 artinya sebsesar Rp.9.000, dimana total passiva sebesar Rp.15.373.289.802 maka;

1% x Rp.15.373.289.802 = Rp. 153.732.898

Jadi pendapat auditor jika salah saji sebesar Rp.9.000, artinya jauh dibawah nilai tingkat materialitas sebesar Rp. 153.732.898  Maka total Passiva wajar karena tidak melebihi tingkat materialitas.

 

Aktiva

 

Kewajiban & Ekuitas

Aktiva Lancar

 

Hutang Lancar

Kasa & Bank

xxx

Hutang Bank-Bank Dagang

xxx

Sekuritas Jangka Pendek

xxx

Hutang Usaha

xxx

Penyisihan Piutang ragu-ragu

(xxx)

Kredit Investasi Jatuh Tempo

xxx

Persediaan

xxx

Hutang Leasing Jatuh Tempo

xxx

Beban & Pajak dibayar dimuka

xxx

Beban & Pajak Masih Harus Dibayar

xxx

Jumlah Aktiva Lancar

xxx

Jumlah Hutang Lancar

xxx

 

Aktiva Tetap

 

Hutang Jangka Panjang

Bangunan

xxx

Hutang Bank -Bank Pembangunan

xxx

Mesin

xxx

Hutang Leasing- PT UPPINDO

xxx

Inventaris Kantor

xxx

Hutang Lain-Lain

Kendaraan

xxx

Hutang Leasing PT-INDO LEASING

xxx

Akumulasi Penyusutan

(xxx)

Hutang x

xxx

Nilai Buku Aktiva Tetap

xxx

Hutang Y

xxx

 

Jumlah Hutang Jangka Panjang

xxx

Aktiva Lain-Lain

 

Biaya Pra-Operasional

xxx

Ekuitas

Selisih Kurs

xxx

Saham Preferen(nilai pari Rp.1.000.000/lembar, 4000 lembar beredar)

xxx

Humlah Aktiva Lain-Lain

xxx

Saham Biasa (nilai pari Rp.1.000.000/lembar, 4000 lembar beredar)

xxx

 

Jumlah Modal Saham

xxx

 

Laba ditahan

xxx

 

Jumlah Ekuitas

xxx

 

Jumlah Asset

xxx

Jumlah Kewajiban dan Ekuitas

xxx

 

 

b.      Menetapkan risiko audit dapat diterima untuk laporan keuangan keseluruhan dan risiko bawaan untuk akun-akun yang signifikan seperti: piutang usaha, belum dibayar dimuka, aktiva tetap, piutang usaha, gaji masih harus dibayar, persediaan, hutang bank, ekuitas.

1.      Risiko Audit

a)      Laba tidak konsisten

b)      Desentralisasi kekuasaan tidak dilengkapi penguatan pengendalian

c)      Entitas kelihatannya tidak akan going concern

d)      Banyak perkecualian, banyak isu akuntansi

e)      Banyak transaksi atau saldo sulit di audit

f)       Banyak transaksi hubungan istimewa yang tidak lazim

2.      Risiko Bawaan

a)      Tingginya asset yang menganggur (Kurang menghasilkan dalam kegiatan operasional perusahaan).

b)      Valuasi piutang dagang, asersi keberadaan piutang dagang oleh manajemen, terkait kecemasan auditor tentang going concern.

c)      Kalkulasi beban pension, metode penyusunan asset tetap dan kalkulasi beban penyusutan asset tetap.

Interpretasi

Cash Ratio sebesar 0,60 artinya perusahaan memiliki kas dan setara kas sebesar 60% untuk membayar hutang jangka pendeknya.

Curent Ratio, sebesar 3,28 ini bagus untuk perusahaan karaena ia dapat menutupi kewajbannya tapi bisa jadi pt x tidak dapat mengalokasikan aktiva lancarnya secara optimal dan mungkin tidak mengelola modalnya dengan baik.

Quick Ratio, sebsar 1,48 artinya setiap Rp.1 utang lancar yang dimiliki, pt x mampu membayar Rp.1,48. Dengan kata lain, jika semua asset lancar selain uang muka biaya dan persediaan dicairtkan maka akan tertutup dari total utang utang lancar yang ada dan perushaan masih memiliki sisa kas sebesar 0,48.

Receivable Turnover, nilai rasio th 2010 dibawah rasio th sebelumnya artinya kemampuan perusahaan dalam menagih piutang semakin rendah, rasio sebesar 5,67 berati perusahaan berhasil mengumpulkan piutang 5,67 kali selama setahun.

DER, sebesar 0,64 artinya total hutang pt x 64% dari total asset,  nilai tersebut dibawah 100% artinya perusahaan masih sehat, tapi jika dilihat dari jenis hutang yang tinggi itu jk panjang maka hal seperti ini juga harus diperbaiki.

Times interest earnes, sebesar 3,12 artinya perusahaan mampu total beban bunga hingga 3,12 kali lipat atau pendapatan pt x ini lebih tinggi daripada biaya beban bunga pada tahun yang bersangkutan.

GPM, nilai 0,26 menunjukan bahwa ptx memiliki marjin laba kotor  26% dari sisa pendapatan setelah membayar biaya langsung yang berhubungan dengan produksi.

NPM, nilai 0,08 artinta pt x memiliki laba bersih sebesar 8% dari total pendapatan, hal ini mungkin harus ditingkatkan lagi untuk keberlangsungan pwerusahaan itu sendiri.

EPS, nilai yang meningkat dari tahun ketahun dapat diartikan bahwa perusahaan dapat menghasilkan laba yang lebih tinggi untuk dibagikan kepada pemegang sahmnya.

ROA, Sebesar 0,07 artinya pt x hanya mampu menghasilkan lanba bersih 7% dari total asset yang digunakan, hal tersebut kemungkinan karena kas mrnanggur yang tinggi atau tidak terkelola dengan baik, perputaran piutang rendah dan asset tetap memngaggur/ kurang efektif

ROE, sebesar 0,07 artinya setiap rp 1 yang diinvestasikan di pt x, pemegang saham memperoleh nilai ekuitas sebesar Rp 0,007.   Atau dari total investasi pada prt x, pegeang saham memperoleh kenaikan nilai ekuitas hanya 7%.

 

Dampaknya

Dengan intepretasi yang telah dijelaskan disamping maka dampak dalam perencanaan audit yaitu dimana auditor harus melibatkan hasil rasio sebagai dasar pembuatan rencana audit untuk mengetahui penyebab timbulnya dari hasil perhitungan rasio tersebut/menganalisis terlebih dahulu pada tahap rencana audit dan audit juga harus bisa memberi solusi/ cara memperbaiki atas hasil rasio tersebut untuk keberlangsungan perusahaan itu sendiri.


Contoh Perhitungan BOP dalam Penganggaran

Perhitungan BOP Soal PT Indah Permai memproduksi 3 jenis produk : X, Y dan Z. Ketiga produk tersebut diproses di 2 departmen produksi dan 2 ...