Jawaban Studi Kasus Audit
a.
Menrntukan pertimbangan awal
tentang materialitas salah saji dalam laporan keuangan dan alokasikan oleh
saudara kepada akun-akun neraca.
1.
Pertimbangan awal tentang
materialitas salah saji dalam laporan keuangan:
a)
Kualitatif
1)
Aktiva tetap tidak disajikan
secara rinci mengenai jenis aktiva tetapnya bukan disatu akun kan.
2)
Laporan laba ditahan dibuat
secara terpisah, tidak digabungkan dengan laporan laba-rugi.
3)
Hutang lain-lain baiknya
dijabarkan dengan rinci mengenai klasifikasi hutang
4)
Modal saham terdiri dari saham
preferen dan saham biasa, maka baiknya akunnya dipisah untuk mngetahui lebih
jelas masing” modal tersebut.
5)
Dibuat rincian jelas mengenai
pendapatan dan biaya lain-lain karena hal tersebut untuk mengetahui pasti
perolehan darimana dan pengeluaran untuk apa.
6)
PPh yang tidak dirinci membuat
bingung pembaca laporan, karena dilihat dari info perusahaan tidak hanya
terdapat PPh 22 tetapi ada PPNBM juga,
b)
Kuantitatif
1)
Laporan keuangan dipandang
mengandung salah saji 5% sampai 10% dari laba sebelum pajak.
2)
Laporan keuangan di pandang
mengandung salah saji material jika terdapat salah saji ½% sampai 1% dari total
aktiva.
3)
Laporan keuangan di pandang
mengandung salah saji material jika terdapat salah saji 1% dari total pasiva.
4)
Laporan keuangan dipandang
mengandung salah saji material jika terdapat salah saji ½% sampai 1% dari
pendapatan bruto.
2.
Alokasikan akun-akun neraca
a.
Aktiva
1)
Salah saji aktiva lancar yang
harusnya Rp. 7.782.593.101 menjadi Rp.7.863.324.771
artinya terdapat kesalahan sebesar Rp. 80.731.670,
2)
Salah saji aktiva lain yang
harusnya Rp.216.898.856 menjadi Rp. 216.898.802 artinya terdapat kesalahan sebesar
Rp. 54
Artinya total salah saji dalam aktiva sebesar
Rp.80.731.724, dengan total aktiva sebesar Rp.15.373.289.802 Maka;
1% x Rp.15.373.289.802 = Rp. 153.732.898
Jadi pendapat auditor jika salah saji sebesar Rp.80.731.724
artinya dibawah Rp. 153.732.898 berati kurang dari tingkat materialitas. Maka
total aktiva wajar karena tidak melebihi tingkat materialitas.
b.
Paassiva
1)
Salah saji hutang jangka panjang
yang harsunya 3.609.544.732 menjadi 3.609.535.732 artinya sebsesar
Rp.9.000, dimana total passiva sebesar Rp.15.373.289.802 maka;
1% x Rp.15.373.289.802 = Rp. 153.732.898
Jadi pendapat auditor jika salah saji sebesar Rp.9.000, artinya jauh
dibawah nilai tingkat materialitas sebesar Rp. 153.732.898 Maka total Passiva wajar karena tidak
melebihi tingkat materialitas.
Aktiva |
|
Kewajiban & Ekuitas |
|
Aktiva Lancar |
|
Hutang Lancar |
|
Kasa & Bank |
xxx |
Hutang Bank-Bank Dagang |
xxx |
Sekuritas Jangka Pendek |
xxx |
Hutang Usaha |
xxx |
Penyisihan Piutang ragu-ragu |
(xxx) |
Kredit Investasi Jatuh Tempo |
xxx |
Persediaan |
xxx |
Hutang Leasing Jatuh Tempo |
xxx |
Beban & Pajak dibayar dimuka |
xxx |
Beban & Pajak Masih Harus Dibayar |
xxx |
Jumlah Aktiva Lancar |
xxx |
Jumlah Hutang Lancar |
xxx |
|
|||
Aktiva Tetap |
|
Hutang Jangka Panjang |
|
Bangunan |
xxx |
Hutang Bank -Bank Pembangunan |
xxx |
Mesin |
xxx |
Hutang Leasing- PT UPPINDO |
xxx |
Inventaris Kantor |
xxx |
Hutang Lain-Lain |
|
Kendaraan |
xxx |
Hutang Leasing PT-INDO LEASING |
xxx |
Akumulasi Penyusutan |
(xxx) |
Hutang x |
xxx |
Nilai Buku Aktiva Tetap |
xxx |
Hutang Y |
xxx |
|
Jumlah Hutang Jangka
Panjang |
xxx |
|
Aktiva Lain-Lain |
|
||
Biaya Pra-Operasional |
xxx |
Ekuitas |
|
Selisih Kurs |
xxx |
Saham Preferen(nilai pari Rp.1.000.000/lembar,
4000 lembar beredar) |
xxx |
Humlah Aktiva Lain-Lain |
xxx |
Saham Biasa (nilai pari Rp.1.000.000/lembar, 4000
lembar beredar) |
xxx |
|
Jumlah Modal Saham |
xxx |
|
|
Laba ditahan |
xxx |
|
|
Jumlah Ekuitas |
xxx |
|
|
|||
Jumlah Asset |
xxx |
Jumlah Kewajiban dan
Ekuitas |
xxx |
b.
Menetapkan risiko audit dapat
diterima untuk laporan keuangan keseluruhan dan risiko bawaan untuk akun-akun
yang signifikan seperti: piutang usaha, belum dibayar dimuka, aktiva tetap,
piutang usaha, gaji masih harus dibayar, persediaan, hutang bank, ekuitas.
1.
Risiko Audit
a)
Laba tidak konsisten
b)
Desentralisasi kekuasaan tidak
dilengkapi penguatan pengendalian
c)
Entitas kelihatannya tidak akan
going concern
d)
Banyak perkecualian, banyak isu
akuntansi
e)
Banyak transaksi atau saldo
sulit di audit
f)
Banyak transaksi hubungan
istimewa yang tidak lazim
2.
Risiko Bawaan
a)
Tingginya asset yang menganggur
(Kurang menghasilkan dalam kegiatan operasional perusahaan).
b)
Valuasi piutang dagang, asersi
keberadaan piutang dagang oleh manajemen, terkait kecemasan auditor tentang going concern.
c)
Kalkulasi beban pension, metode
penyusunan asset tetap dan kalkulasi beban penyusutan asset tetap.
Interpretasi
Cash Ratio
sebesar 0,60 artinya perusahaan memiliki kas dan setara kas sebesar 60% untuk
membayar hutang jangka pendeknya.
Curent Ratio,
sebesar 3,28 ini bagus untuk perusahaan karaena ia dapat menutupi kewajbannya
tapi bisa jadi pt x tidak dapat mengalokasikan aktiva lancarnya secara optimal
dan mungkin tidak mengelola modalnya dengan baik.
Quick
Ratio, sebsar 1,48 artinya setiap Rp.1 utang lancar yang dimiliki, pt x mampu
membayar Rp.1,48. Dengan kata lain, jika semua asset lancar selain uang muka
biaya dan persediaan dicairtkan maka akan tertutup dari total utang utang
lancar yang ada dan perushaan masih memiliki sisa kas sebesar 0,48.
Receivable
Turnover, nilai rasio th 2010 dibawah rasio th sebelumnya artinya kemampuan
perusahaan dalam menagih piutang semakin rendah, rasio sebesar 5,67 berati
perusahaan berhasil mengumpulkan piutang 5,67 kali selama setahun.
DER,
sebesar 0,64 artinya total hutang pt x 64% dari total asset, nilai tersebut dibawah 100% artinya perusahaan
masih sehat, tapi jika dilihat dari jenis hutang yang tinggi itu jk panjang maka
hal seperti ini juga harus diperbaiki.
Times
interest earnes, sebesar 3,12 artinya perusahaan mampu total beban bunga hingga
3,12 kali lipat atau pendapatan pt x ini lebih tinggi daripada biaya beban
bunga pada tahun yang bersangkutan.
GPM, nilai
0,26 menunjukan bahwa ptx memiliki marjin laba kotor 26% dari sisa pendapatan setelah membayar
biaya langsung yang berhubungan dengan produksi.
NPM, nilai
0,08 artinta pt x memiliki laba bersih sebesar 8% dari total pendapatan, hal
ini mungkin harus ditingkatkan lagi untuk keberlangsungan pwerusahaan itu
sendiri.
EPS, nilai
yang meningkat dari tahun ketahun dapat diartikan bahwa perusahaan dapat
menghasilkan laba yang lebih tinggi untuk dibagikan kepada pemegang sahmnya.
ROA,
Sebesar 0,07 artinya pt x hanya mampu menghasilkan lanba bersih 7% dari total
asset yang digunakan, hal tersebut kemungkinan karena kas mrnanggur yang tinggi
atau tidak terkelola dengan baik, perputaran piutang rendah dan asset tetap
memngaggur/ kurang efektif
ROE,
sebesar 0,07 artinya setiap rp 1 yang diinvestasikan di pt x, pemegang saham
memperoleh nilai ekuitas sebesar Rp 0,007.
Atau dari total investasi pada prt x, pegeang saham memperoleh kenaikan
nilai ekuitas hanya 7%.
Dampaknya
Dengan
intepretasi yang telah dijelaskan disamping maka dampak dalam perencanaan audit
yaitu dimana auditor harus melibatkan hasil rasio sebagai dasar pembuatan
rencana audit untuk mengetahui penyebab timbulnya dari hasil perhitungan rasio
tersebut/menganalisis terlebih dahulu pada tahap rencana audit dan audit juga
harus bisa memberi solusi/ cara memperbaiki atas hasil rasio tersebut untuk
keberlangsungan perusahaan itu sendiri.